Kamis, 17 November 2016

AUTISME




MAKALAH
(KELAINAN PADA ANAK AUTISME)





DISUSUN OLEH :
NAMA : DARMA
NIS : 16314501045
KELAS : B

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEGA REZKY MAKASSAR
TAHUN 2016/2017

KATA PENGANTAR
     Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul kelainan pada anak autisme.                                                                       Sholawat beriring salam juga tak lupa kami sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah mengantarkan kehidupan ini menjadi lebih beradab. Dalam penyusunan makalah ini banyak mengalami hambatan namun, berkat arahan dan bimbingan dari pihak maka kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. oleh sebab itu pada kesempatan kami mengucapkan terimah kasih kepada semua pihak yang telah memberikan semua masukan dan arahan sehingga makalh ini dapat diselesaikan.                                                      Kami sangat menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan kekeliruan dan masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu saran dan kritik kami harapkan demi kesempurnaan dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat terutama kami sebagai penulis khususnya dan para pembaca bagi umumnya.

           







DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang……………………………………………………………1
1.2  Rumusan masalah...………………………………………………………2
1.3  Tujuan…………………………………………………………………….2
BAB II PEMBAHASAN
2.1Pengertian autisme  
2.2 Penyebab anka autism               
2.3 Karakteristik anak autisme          
2.4 Masalah anak autism disekolah            
2.5 Klasifikasi anak autism            
2.6 Mengenali hambatan anak autism                  
2.7 Layanan bimbingan autisme
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA





BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Interaksi dan komunikasi merupakan salah satu modal seseorang untuk memperoleh berbagai informasi melalui lingkungan. Lingkungan sampai saat ini diyakini sebagai sumber yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan seseorang. Jika seseorang mengalami hambatan dalam interaksi dan komunkasi. diyakini orang tersebut mengalami hambatan dalam kegiatan belajarnya
Pada anak autism sebagai salah satu bagian dari anak berkebutuhan khusus mengalami hambatan pada keterampilan interaksi dan komunikasi. Keadaan ini diperburuk karena adanya gangguan tinkah laku yang menyertai setiap anak autism, bahkan hambatan inilah yang paling menganggu pada anak autism dalam melakukan interaksi dan komunikasi dengan lingkungannya.
Meskipun demikian, tidak berarti anak autism tidak mempunyai potensi yang bisa dikembangkan. Meskipun potensinya masih kecil, diperkirakan kurang dari 20% dari populasi anak yang mengalami autisme. Mereka memiliki potensi rata-rata, bahkan diatas rata-rata. Tidak jarang diantara mereka ada yang bisa berhasil mencapai potensi akademik tertinggi seperti anak pada umumnya yang tidak autism.
Autisme merupakan kelainan yang serius dan kompleks, apabila kelainan ini tidak ditangani dengan cepat dan tepat kelainan ini akan menetap dan berakibat pada keterlambatan perkembangan. Keterlambatan perkembangan pada autisme biasanya ditemukan pada anak anak dan mempunyai dampak yang berlanjut sampai dewasa, salah satu perkembangan yang dialami adalah  kesulitan memahami apa yang mereka lihat, dengar, dan mereka rasakan. Gangguan ini dapat menyebabkan keterlambatan  perkembangan antara lain dalam kemampuan berkomunikasi, berbicara bersosialisasi, perilaku dan keterampilan motorik.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari autism
2.      Apa penyebab dari Autisme
3.      Apa saja faktot-faktor yang melatarbelakangi anak autism
4.      Apa saja stategi visual untuk meningkatkan komunikasi dan atensi anak autisme
1.3  Tujuan
1.      Mengetahui pengertian dari autisme
2.      Mengetahui penyebab dari nak autism
3.      Mengetahui faktor – faktor yang melatarbelakangi anak autism
4.      Mengetahui stategi visual untuk meningkatkan komunikasi dan atensi anak autisme













BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Autisme
istilah Autisme baru diperkenalkan sejak tahun 1943 oleh Leo Kanner. Autisme berasal dari kata auto yang berarti menyendiri, maka kita akan mendapat kesan bahwa individu autism itu seolah-olah hidup didunianya sendiri. Jadi, autism merupakan suatu gangguan perkembangan yang komoleks menyangkut komunikasi, interaksi sosialkongnisi dan aktivitas imajinasi. Indonesia mengenal masalah autism sejak tahun 1977.
Gejala autisme mulai tampak sebelum anak berusia tiga tahun. Bahkan pada autism infatil gejalanya sudah ada sejak lahir. Seseorang baru dapat dikatakan termasuk kategori Autisme, bila memiliki hambatan perkembangan dalam tiga aspek yaitu kualitas kemampuan interaksi social dan emosional, kualitas yang kurang dalam kemampuan komunikasi timbale balik, minat yang terbatas disertai gerakan-gerakan tanpa tujuan. Gejala tersebut harus sudah terlihat sebelum tiga tahun. Mengingat bahwa tiga aspek tersebut terwujud dalam bentuk yang berbeda, maka dapat disimpulkan bahwa autism merupakan sekumpulan gejala klinis yang dilatarbelakangi oleh berbagai faktor yang bervariasi, berkaitan satu sama lain dan unuk karena tidak sama untuk masing-masing kasus.
2.2 Penyebab anak autisme
1.      Ibu yang dingin
Teori ini mengatakan bahwa sikap ibu yang dingin terhadap kehadiran anaknya menyebabkan anak masuk kedalam dunianya sendiri sehingga ia menjadi autisme. Namun ternyata anak yang mendapat kasih saying dan perhatian dari orang tuanya terutama ibunya, menunjukkan cirri-ciri autism, teori tersebut tidak member gambaran secara pasti, sehinga hal ini mengakibatkan penanganan yang diberikan kurang tepat bahkan tidak jarang berlawanan dan berakibat kurang menguntungkan bagi perkembangan individu autism.
2.      Lingkungan
Faktor lain penyebab autisme pada anak adalah lingkungan. Ibu hamil yang tinggal di lingkungan kurang baik dan penuh tekanan, tentunya beresiko pada janin yang dikandungya. Selain itu lingkungan yang tidak bersih juga dapat mempengaruhi perkembangan janin dalam kandungannya.
3.      Genetik
Lebih kurang 20% dari kasus-kasus autisme disebabkan oleh faktor genetic. Penyakit genetic yang sering dihubungkan dengan autism adalah Tuberous Sclerosis (17-58%) dan syndrome fragile X (20-30%). Disebut fragile - x karena secara sito genetic penyakit ini ditandai oleh adanya kerapuhan (fragile) yang tampak seperti patahan di ujung akhir lengan panjang kromosom x4. Sindrom fragile x merupakan penyakit yang diwariskan secara x-linked (x terangkai) yaitu melalui kromosom x. Pola penurunannya tidak umum, yaitu tidak seperti penyakit dengan pewarisan x-linked lainnya karna tidak bisa digolongkan sebagai dominan atau resesi, laki-laki dan perempuan dapat jadi penderita maupun pembawa sifat (carrier)
4.      Usia orang tua
Makin tua usia orang tua memiliki anak, makin tinggi resiko sianak menderita autisme. Penelitian yang dipublikasikan tahun 2010 menemukan perempuan usia 40 tahun memiliki resiko 50% memiliki anak autisme dibandingkan dengan perempuan berusia 20-29 tahun.
“Memang belum diketahui dengan pasti hubungan usia orang tua dengan autism. Namun, hal ini diduga karena terjadinya faktor mutasi gen, “kata Alycia Halladay, Direktur Riset Study Lingkungan Autismem Speaks.
5.      Pestisida
Paparan pestisida yang tinggi juga dihubungkan dengan terjadinya autism. Beberapa riset menemukan, pestisida akan mengganggu gen disistem saraf pusat Menurut Dr Alice Mao, professor psikiatri,zat kimia dalam pestisida berdampak pada mereka yang punya bakat autism.
6.       Obat-obatan
Bayi yang terpapar obat-obatan tertentu ketika dalam kandungan memiliki resiko ebih besar mengalami autism. Obat-obatan tersebut termasuk valproic dan thalidomide. Thalidomide adalah obat generasi lama yang dipakai untuk mengatasi gejala mual dan muntah selama kehamilan, kecemasan, serta insomnia. Obat Thalidomide sendiri diamerika sudah dilarang beredar karena banyaknya laporan banyak bayi lahir cacat. Namun obat ini kni diresepkan untuk mengatasi gangguan kulit dan terapi kanker. Sementra itu valproic adalah obat yang dipakai pada penderita gangguan mood dan bipolar disorder.
7.      Perkembangan otak
Area tertentu di otak, termasuk serebral korteks dan cerebellum yang bertanggung jawab pada konsentrasi pergerakan dan pengaturan mood, berkaitan dengan autism. Ketidakseimbangan neurotransmitter, seperti dopamine dan serotonin, di otak juga dihubungakan dengan autism.
2.3 Karakteristik anak autisme
Menurut Dealy & Deinaker (2010), dan Marcolin & Philips (2010) gejala-gejala autisme yaitu :
1.      Senang tidur bermalas malasan atau duduk sendiri dengan tampang acuh, muka pucat dan mata sayu slalu memandang kebawah
2.      Slalu diam sepanjang waktu
3.      Jika ada pertanyaan terhadapnya, jawabannya sangat pelan dengan mata menonton, kemudian dengan suara aneh ia akan mengucapkan atau menceritakan dirinya dengan beberapa kata, kemudian diam menyendiri lagi.
4.      Tidak pernah bertanya. tidak menunjukkan rasa takut, tidak punya keinginan yang macam-macam, serta tidak menyenangi sekelilingnya.
5.      Tidak tampak ceria
6.      Tidak perduli terhadap lingkungannya, kecuali dengan benda yang ia suka, misalnya boneka.
Sedangkan karakteristik yang tampak pada anak autisme dalam buku bimbingan anak yang berkebutuhan khusus (Hidayat,dkk) yaitu:
1.      Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara, atau pernah berbicara, tetapi kemudian sirna.
2.      Anak tidak dapat mengikuti jalan pikiran teman yang lain, kadang-kadang anak berperilaku menyakiti dirinya sendiri.
3.      Anak tidak mempunyai empati dan tidak atau reaksi orang lain atas perbuatannya
4.      Pemahaman anak kurang, sehingga apa yang dibaca kurang dipahami, misalnya dalam bercerita kembali atau soal berhitung yang menggubakan kalimat.
5.      kadang kala anak mempunyai daya ingat yang sangat kuat, seperti perkalian,kalender dan lagu-lagu
6.      Dalam belajar mereka lebih mudah memahami lewat gambar-gambar (visual learners)
7.      Anak belum dapat bersosialisasi dengan teman sekelas lainnya, seperti sukar belajar bersama dengan kelompok sebayanya, bermain perang dan sebagainya.
8.      Kesulitan mengepresikan perasaannya, seperti : mudah marah, frustasi, bila tidak dimengerti dan menimbulkan tantrum (ekspresi emosi dan bentuk fisik atau marah yang tidak terkendali)
9.      Memperlihatkan stimulasi diri sendiri sperti bergoyang-goyang, mengepakkan tangan seperti burung,berputar-putar, mendekatkan mata pada pesawat tv.




2.4 Masalah anak autism disekolah
1.      Perilaku
Adanya perilaku khas pada anak autism seringkali membuat para guru dan anak lain kelas bingung. Perilaku tersebut sangat tidak wajar dan cendrung mengalihkan perhatian. Keadaan anak yang cendrung peka berlebihan (suara,sentuhan, irama terhadap stimulus lingkungan juga kerap membuat anak berperilaku tidak menyenangkan)
2.      Pemahaman
Gaya berfikir mereka yang visual berbentuk film/gambar, membuat reaksi mereka lebih lambat daripada anak lain, dimana mereka membutuhkan waktu jedah sedikit lebih lama sebelum berespon. Mereka mengalami kesulitan memusatkan perhatian apalagi dengan kelas yang begitu banyak siswa
3.      Komunikasi
Sebagian dari anak autism, meskipun dapat berbicra dengan menggunakan kalimat pendek dengan kosa kata yang sederhan. Sering kali mereka bisa mengerti orang lain tapi hanya bila orang tersebut bicara langsung kepada mereka. Itu sebabnya kadang mereka tampak seakan tidak mendengar, padahal jelas-jelas kita memanggil mereka
4.      Interaksi
Anak autism juga bermasalah pada perkembangan keterampilan sosialnya, sulit berkomunikasi. Tidak mampu memahami aturan-aturan dalam pergaulan, sehingga biasanya tidak memiliki teman. Mereka hanya memiliki teman 1-2 teman yang dapat memberikan rasa aman pada mereka.





2.5 Klasifikasi anak autisme
Dalam berinteraksi social anak autism dikelompokkan atas 3 kelompok yaitu:
1.      Kelompok menyendiri
a.       Terlihat menghindari kontak fisik dengan lingkungannya
b.      Berpotensi kurang menggunakn kata-kata, dan kadang-kadang sulit berubah meskipun usianya bertambah lanjuy. Dan meskipun ada perubahan mungkin hanya bisa mengucapkan beberapa patah kata yang sederhana saja.
c.       Menghabiskan hari-harinya berjam-jam untuk sendiri, dan jika berbuat sesuatu akan diulang ulang
d.      Gangguan perilaku pada kelompok anak ini termasuk bunyi-bunyi aneh,gerakan tangan, tabiat yang mudah merah, melukai diri sendiri, menyerang teman sendiri, merusak dan menghancurkan mainannya.
2.      Kelompok anak autisme yang pasif
a.       Lebih bisa bertahan dengan kontak fisik, dan agak mampu bermain dengan teman kelompok bergaul dan sebaya, tetapi jarang sekali mencari teman sendiri.
b.      Mempunyai perbevdaharaan kata yang lebih banyak meskipun agak terlambat bisa berbicara dibandingkan dengan anak sebaya.
c.       kadang-kadang malah lebih cepat merangkai kata, meskipun kadang pula dibumbuhi kata yang kurang dimengerti.
d.      Kelompok pasif ini masih bisa diajari dan dilatih dibandingkan dengan ank autism yang menyendiri dan yang aktif tapi menurut kemauannya sendiri.
3.      Kelompok anak autisme yang aktif tapi kemauannya sendiri
a.       Kelompok ini seperti bertolak belakang dengan kelompok anak autisme yang menyendiri karena lebih cepat berbicara dan memiliki perbendaharaan kata yang paling banyak.
b.      Meskipun dapat merangkai kata dengan baik, tetapi masih saja terselip kata-kata yang aneh dan sulit dimengerti
c.       Masih bisa ikut berbagi rasa dengan teman main lainnya
d.      Dalam berdialog sering mengajukan pertanyaan dengan topic yang menarik, dan bila jawaban yang tidak memuaskan atau pertanyaan dipotong akan bereaksi sangat marah.

2.6 Mengenali hambatan anak autism
Organisasi kesehatan dunia (WHO) telah merumuskan suatu criteria yang harus dipenuhi untunk mendapat diagnosis autism. Rumusan ini dipake diseluruh dunia, dan dikenal dengan ucapan ICD-10(International Clasification of Diseases) 2010. Rumusan lain yang dipakai yaitu DSM-IV (Diagnostik and statistical Manual) 2011. yang dibuat oleh grup psikiatri dari Amerika adapun isi dari ICD-10 dan DSM-IV sebenarnya sama.
Adapun criteria DSM-IV untuk autism masa kanak:
1.      Harus ada setidakanya 6 gejala dari (1.1),(1,2) dan minimal dua gejala dari (1.1) dan masing-masing satu gejala dari (1.2)
1.1   Gangguan kualitatif dalam interaksi social yang timbale balik minimal harus ada dua gejala:
a.       Tidak mampu menjalin interaksi social yang memadai : kontak mata sangat kurang, ekspresi mata kurang hidup, gerak gerik yang kurang setuju
b.      Tidak bisa bermain dengan teman sebaya
c.       Tidak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain
d.      Kurang adanya hubungan social dan emosional yang baik
1.2   Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi seperti yang ditunjukkan oleh minimal satu dari gejala-gejala dibawah ini
a.       Bicara terlambat atau sama skali tidak berkembang (tak ada usaha untuk mengimbangi komunikasi dengan cara lain tanpa bicara)
b.      Bila bisa bicara, bicaranya tidak bisa dipakai dalam berkomunikasi
c.       Sering menggunakan bahasa aneh dan diulang-ulang
d.      Cara bermain kurang variatif, kurang imajinativ dan kurang meniru

2.7   Layanan Bimbingan Autisme
Layanan bimbingan bagi anak autism, idealnya diberikan dalam bentuk sekelompok penanganan untuk membantu mereka mengatasi kebutuhan khususnya Di Amerika serikat banyak bentuk-bentuk pendidikan yang tersedia, antara lain (Siegel, 2012):
a.       Individual terapi antara lain melalui penanganan ditempat terapi atau dirumah (home based therapy dan kemudian homescooling)
b.      Designated Autismetik Classes, salah bentuk transisi dari penanganan individual  dengan kelas klasikal, dimana sekelompok anak yang semuanya autism, belajar bersama-sama mengikuti instruksi yang khas. anak-anak ini dalam kelompok yang kecil (1-3 anak) dan biasanya merupakan anak-anak yang masih kecil yang belum mampu imitasi dengan baik
c.       Abiliti grouped Classes, anak-anak yang sudah dapat melakukan imitasi, sudah tidak terlalu memerlukan penanganan one on one  untuk meninkatkan kepatuhan, sudah ada respon terhadap pujian, dan ada minat terhadap alat permainan memerlukan jenis lingkungan yang menyediakan teman sebaya yang secara social lebih baik meski juga memiliki masalah perkembangan masalah
d.      Socil skill Development and mixed Disability Classes. Kelas ini terdiri atas anak dengan kebutuhan khusus, tetapi tidak hanya anak autism.







BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Autisme merupakan kelainan yang serius dan kompleks, apabila tidak ditangani dengan tepat dan cepat kelainan ini akan menetap dan dapat berakibat pada keterlambatan perkembangan
Meskipun demikian tidak berarti anak autism tidak mempunyai potensi yang dikembangkan. Meskipun persentasinya kecil, diperkirakan kurang dari 20% dari popilasi anak yang mengalami autism. Mereka memiliki potensi rata-rata bahkan ada yang diatas rata-rata tidak jarang diantara mereka ada yang bisa berhasil mencapai prestasi akademik tertinggi seperti anak pada umumnya yang tidak autism
3.2  Saran
Sebagai calon guru sekolah dasar, hendaknya kita harus memahami karakteristik setiap siswa. Karena karakteristik siswa umumnya berbeda-beda, jika kita menemukan anak yang keterlambatan perkembangan dalam proses belajar hendaknya kita tidak mencemooh dan menjauhinya. Sebaiknya kita dapat melakukan pendekatan terhadap siswa tersebut.












DAFTAR PUSTAKA
Delphie, B. (2012). Pembelajaran anak kebutuhan khusus. Bandung : PT Refika Adita
Hidayat, dkk. (2013) Bimbingan anak berkebutuhan khusu. Bandung : Fajar Mandiri
http://health.kompas.com/read/2014/01/11/09501535/Lima faktor peyebab autisme akses 25 Maret 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar