MAKALAH
(KELAINAN PADA ANAK AUTISME)
DISUSUN OLEH :
NAMA : DARMA
NIS :
16314501045
KELAS : B
SEKOLAH TINGGI
ILMU KESEHATAN MEGA REZKY MAKASSAR
TAHUN 2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah
SWT, atas segala limpahan rahmat dan karunianya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul kelainan pada anak autisme. Sholawat beriring salam juga
tak lupa kami sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah mengantarkan
kehidupan ini menjadi lebih beradab. Dalam penyusunan makalah ini banyak
mengalami hambatan namun, berkat arahan dan bimbingan dari pihak maka kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. oleh sebab itu pada kesempatan
kami mengucapkan terimah kasih kepada semua pihak yang telah memberikan semua
masukan dan arahan sehingga makalh ini dapat diselesaikan. Kami
sangat menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan
kekeliruan dan masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu saran dan kritik
kami harapkan demi kesempurnaan dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini
bermanfaat terutama kami sebagai penulis khususnya dan para pembaca bagi
umumnya.
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang……………………………………………………………1
1.2 Rumusan
masalah...………………………………………………………2
1.3 Tujuan…………………………………………………………………….2
BAB
II PEMBAHASAN
2.1Pengertian autisme
2.2 Penyebab anka autism
2.3 Karakteristik anak autisme
2.4
Masalah anak autism disekolah
2.5 Klasifikasi anak autism
2.6 Mengenali hambatan anak autism
2.7 Layanan bimbingan autisme
BAB
III PENUTUP
3.1
Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Interaksi dan komunikasi merupakan salah satu modal
seseorang untuk memperoleh berbagai informasi melalui lingkungan. Lingkungan
sampai saat ini diyakini sebagai sumber yang sangat berpengaruh terhadap
perkembangan seseorang. Jika seseorang mengalami hambatan dalam interaksi dan
komunkasi. diyakini orang tersebut mengalami hambatan dalam kegiatan belajarnya
Pada anak autism sebagai salah satu bagian dari anak
berkebutuhan khusus mengalami hambatan pada keterampilan interaksi dan
komunikasi. Keadaan ini diperburuk karena adanya gangguan tinkah laku yang
menyertai setiap anak autism, bahkan hambatan inilah yang paling menganggu pada
anak autism dalam melakukan interaksi dan komunikasi dengan lingkungannya.
Meskipun demikian, tidak berarti anak autism tidak
mempunyai potensi yang bisa dikembangkan. Meskipun potensinya masih kecil,
diperkirakan kurang dari 20% dari populasi anak yang mengalami autisme. Mereka
memiliki potensi rata-rata, bahkan diatas rata-rata. Tidak jarang diantara
mereka ada yang bisa berhasil mencapai potensi akademik tertinggi seperti anak
pada umumnya yang tidak autism.
Autisme merupakan kelainan yang serius dan kompleks,
apabila kelainan ini tidak ditangani dengan cepat dan tepat kelainan ini akan
menetap dan berakibat pada keterlambatan perkembangan. Keterlambatan
perkembangan pada autisme biasanya ditemukan pada anak anak dan mempunyai
dampak yang berlanjut sampai dewasa, salah satu perkembangan yang dialami
adalah kesulitan memahami apa yang
mereka lihat, dengar, dan mereka rasakan. Gangguan ini dapat menyebabkan
keterlambatan perkembangan antara lain
dalam kemampuan berkomunikasi, berbicara bersosialisasi, perilaku dan
keterampilan motorik.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian
dari autism
2.
Apa penyebab
dari Autisme
3.
Apa saja
faktot-faktor yang melatarbelakangi anak autism
4.
Apa saja stategi
visual untuk meningkatkan komunikasi dan atensi anak autisme
1.3
Tujuan
1.
Mengetahui
pengertian dari autisme
2.
Mengetahui
penyebab dari nak autism
3.
Mengetahui
faktor – faktor yang melatarbelakangi anak autism
4.
Mengetahui
stategi visual untuk meningkatkan komunikasi dan atensi anak autisme
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Autisme
istilah Autisme baru
diperkenalkan sejak tahun 1943 oleh Leo Kanner. Autisme berasal dari kata auto
yang berarti menyendiri, maka kita akan mendapat kesan bahwa individu autism
itu seolah-olah hidup didunianya sendiri. Jadi, autism merupakan suatu gangguan
perkembangan yang komoleks menyangkut komunikasi, interaksi sosialkongnisi dan
aktivitas imajinasi. Indonesia mengenal masalah autism sejak tahun 1977.
Gejala autisme mulai
tampak sebelum anak berusia tiga tahun. Bahkan pada autism infatil gejalanya
sudah ada sejak lahir. Seseorang baru dapat dikatakan termasuk kategori
Autisme, bila memiliki hambatan perkembangan dalam tiga aspek yaitu kualitas
kemampuan interaksi social dan emosional, kualitas yang kurang dalam kemampuan
komunikasi timbale balik, minat yang terbatas disertai gerakan-gerakan tanpa
tujuan. Gejala tersebut harus sudah terlihat sebelum tiga tahun. Mengingat
bahwa tiga aspek tersebut terwujud dalam bentuk yang berbeda, maka dapat
disimpulkan bahwa autism merupakan sekumpulan gejala klinis yang
dilatarbelakangi oleh berbagai faktor yang bervariasi, berkaitan satu sama lain
dan unuk karena tidak sama untuk masing-masing kasus.
2.2 Penyebab
anak autisme
1.
Ibu yang dingin
Teori ini mengatakan bahwa sikap ibu yang dingin
terhadap kehadiran anaknya menyebabkan anak masuk kedalam dunianya sendiri
sehingga ia menjadi autisme. Namun ternyata anak yang mendapat kasih saying dan
perhatian dari orang tuanya terutama ibunya, menunjukkan cirri-ciri autism,
teori tersebut tidak member gambaran secara pasti, sehinga hal ini
mengakibatkan penanganan yang diberikan kurang tepat bahkan tidak jarang
berlawanan dan berakibat kurang menguntungkan bagi perkembangan individu
autism.
2.
Lingkungan
Faktor lain penyebab autisme pada anak adalah
lingkungan. Ibu hamil yang tinggal di lingkungan kurang baik dan penuh tekanan,
tentunya beresiko pada janin yang dikandungya. Selain itu lingkungan yang tidak
bersih juga dapat mempengaruhi perkembangan janin dalam kandungannya.
3.
Genetik
Lebih kurang 20% dari kasus-kasus autisme disebabkan
oleh faktor genetic. Penyakit genetic yang sering dihubungkan dengan autism
adalah Tuberous Sclerosis (17-58%) dan syndrome fragile X (20-30%). Disebut
fragile - x karena secara sito genetic penyakit ini ditandai oleh adanya
kerapuhan (fragile) yang tampak seperti patahan di ujung akhir lengan panjang
kromosom x4. Sindrom fragile x merupakan penyakit yang diwariskan secara
x-linked (x terangkai) yaitu melalui kromosom x. Pola penurunannya tidak umum,
yaitu tidak seperti penyakit dengan pewarisan x-linked lainnya karna tidak bisa
digolongkan sebagai dominan atau resesi, laki-laki dan perempuan dapat jadi
penderita maupun pembawa sifat (carrier)
4.
Usia orang tua
Makin tua usia orang tua memiliki anak, makin tinggi
resiko sianak menderita autisme. Penelitian yang dipublikasikan tahun 2010
menemukan perempuan usia 40 tahun memiliki resiko 50% memiliki anak autisme
dibandingkan dengan perempuan berusia 20-29 tahun.
“Memang belum diketahui dengan pasti hubungan usia
orang tua dengan autism. Namun, hal ini diduga karena terjadinya faktor mutasi
gen, “kata Alycia Halladay, Direktur Riset Study Lingkungan Autismem Speaks.
5.
Pestisida
Paparan pestisida yang tinggi juga dihubungkan
dengan terjadinya autism. Beberapa riset menemukan, pestisida akan mengganggu
gen disistem saraf pusat Menurut Dr Alice Mao, professor psikiatri,zat kimia
dalam pestisida berdampak pada mereka yang punya bakat autism.
6.
Obat-obatan
Bayi yang terpapar obat-obatan tertentu ketika dalam
kandungan memiliki resiko ebih besar mengalami autism. Obat-obatan tersebut
termasuk valproic dan thalidomide. Thalidomide adalah obat generasi lama yang
dipakai untuk mengatasi gejala mual dan muntah selama kehamilan, kecemasan,
serta insomnia. Obat Thalidomide sendiri diamerika sudah dilarang beredar
karena banyaknya laporan banyak bayi lahir cacat. Namun obat ini kni diresepkan
untuk mengatasi gangguan kulit dan terapi kanker. Sementra itu valproic adalah
obat yang dipakai pada penderita gangguan mood dan bipolar disorder.
7.
Perkembangan
otak
Area tertentu di otak, termasuk serebral korteks dan
cerebellum yang bertanggung jawab pada konsentrasi pergerakan dan pengaturan
mood, berkaitan dengan autism. Ketidakseimbangan neurotransmitter, seperti
dopamine dan serotonin, di otak juga dihubungakan dengan autism.
2.3
Karakteristik anak autisme
Menurut Dealy
& Deinaker (2010), dan Marcolin & Philips (2010) gejala-gejala autisme
yaitu :
1.
Senang tidur
bermalas malasan atau duduk sendiri dengan tampang acuh, muka pucat dan mata
sayu slalu memandang kebawah
2.
Slalu diam
sepanjang waktu
3.
Jika ada
pertanyaan terhadapnya, jawabannya sangat pelan dengan mata menonton, kemudian
dengan suara aneh ia akan mengucapkan atau menceritakan dirinya dengan beberapa
kata, kemudian diam menyendiri lagi.
4.
Tidak pernah
bertanya. tidak menunjukkan rasa takut, tidak punya keinginan yang macam-macam,
serta tidak menyenangi sekelilingnya.
5.
Tidak tampak
ceria
6.
Tidak perduli
terhadap lingkungannya, kecuali dengan benda yang ia suka, misalnya boneka.
Sedangkan karakteristik yang tampak pada anak
autisme dalam buku bimbingan anak yang berkebutuhan khusus (Hidayat,dkk) yaitu:
1.
Anak tampak
seperti tuli, sulit berbicara, atau pernah berbicara, tetapi kemudian sirna.
2.
Anak tidak dapat
mengikuti jalan pikiran teman yang lain, kadang-kadang anak berperilaku
menyakiti dirinya sendiri.
3.
Anak tidak
mempunyai empati dan tidak atau reaksi orang lain atas perbuatannya
4.
Pemahaman anak
kurang, sehingga apa yang dibaca kurang dipahami, misalnya dalam bercerita
kembali atau soal berhitung yang menggubakan kalimat.
5.
kadang kala anak
mempunyai daya ingat yang sangat kuat, seperti perkalian,kalender dan lagu-lagu
6.
Dalam belajar
mereka lebih mudah memahami lewat gambar-gambar (visual learners)
7.
Anak belum dapat
bersosialisasi dengan teman sekelas lainnya, seperti sukar belajar bersama
dengan kelompok sebayanya, bermain perang dan sebagainya.
8.
Kesulitan
mengepresikan perasaannya, seperti : mudah marah, frustasi, bila tidak dimengerti
dan menimbulkan tantrum (ekspresi emosi dan bentuk fisik atau marah yang tidak
terkendali)
9.
Memperlihatkan
stimulasi diri sendiri sperti bergoyang-goyang, mengepakkan tangan seperti
burung,berputar-putar, mendekatkan mata pada pesawat tv.
2.4 Masalah anak
autism disekolah
1.
Perilaku
Adanya perilaku khas pada anak autism seringkali
membuat para guru dan anak lain kelas bingung. Perilaku tersebut sangat tidak
wajar dan cendrung mengalihkan perhatian. Keadaan anak yang cendrung peka
berlebihan (suara,sentuhan, irama terhadap stimulus lingkungan juga kerap
membuat anak berperilaku tidak menyenangkan)
2.
Pemahaman
Gaya berfikir mereka yang visual berbentuk
film/gambar, membuat reaksi mereka lebih lambat daripada anak lain, dimana
mereka membutuhkan waktu jedah sedikit lebih lama sebelum berespon. Mereka
mengalami kesulitan memusatkan perhatian apalagi dengan kelas yang begitu
banyak siswa
3.
Komunikasi
Sebagian dari anak autism, meskipun dapat berbicra
dengan menggunakan kalimat pendek dengan kosa kata yang sederhan. Sering kali
mereka bisa mengerti orang lain tapi hanya bila orang tersebut bicara langsung
kepada mereka. Itu sebabnya kadang mereka tampak seakan tidak mendengar,
padahal jelas-jelas kita memanggil mereka
4.
Interaksi
Anak autism juga bermasalah pada perkembangan
keterampilan sosialnya, sulit berkomunikasi. Tidak mampu memahami aturan-aturan
dalam pergaulan, sehingga biasanya tidak memiliki teman. Mereka hanya memiliki
teman 1-2 teman yang dapat memberikan rasa aman pada mereka.
2.5 Klasifikasi anak autisme
Dalam
berinteraksi social anak autism dikelompokkan atas 3 kelompok yaitu:
1.
Kelompok
menyendiri
a.
Terlihat
menghindari kontak fisik dengan lingkungannya
b.
Berpotensi
kurang menggunakn kata-kata, dan kadang-kadang sulit berubah meskipun usianya
bertambah lanjuy. Dan meskipun ada perubahan mungkin hanya bisa mengucapkan
beberapa patah kata yang sederhana saja.
c.
Menghabiskan
hari-harinya berjam-jam untuk sendiri, dan jika berbuat sesuatu akan diulang
ulang
d.
Gangguan
perilaku pada kelompok anak ini termasuk bunyi-bunyi aneh,gerakan tangan,
tabiat yang mudah merah, melukai diri sendiri, menyerang teman sendiri, merusak
dan menghancurkan mainannya.
2.
Kelompok anak
autisme yang pasif
a.
Lebih bisa
bertahan dengan kontak fisik, dan agak mampu bermain dengan teman kelompok
bergaul dan sebaya, tetapi jarang sekali mencari teman sendiri.
b.
Mempunyai
perbevdaharaan kata yang lebih banyak meskipun agak terlambat bisa berbicara
dibandingkan dengan anak sebaya.
c.
kadang-kadang
malah lebih cepat merangkai kata, meskipun kadang pula dibumbuhi kata yang
kurang dimengerti.
d.
Kelompok pasif
ini masih bisa diajari dan dilatih dibandingkan dengan ank autism yang
menyendiri dan yang aktif tapi menurut kemauannya sendiri.
3.
Kelompok anak
autisme yang aktif tapi kemauannya sendiri
a.
Kelompok ini
seperti bertolak belakang dengan kelompok anak autisme yang menyendiri karena
lebih cepat berbicara dan memiliki perbendaharaan kata yang paling banyak.
b.
Meskipun dapat
merangkai kata dengan baik, tetapi masih saja terselip kata-kata yang aneh dan
sulit dimengerti
c.
Masih bisa ikut
berbagi rasa dengan teman main lainnya
d.
Dalam berdialog
sering mengajukan pertanyaan dengan topic yang menarik, dan bila jawaban yang
tidak memuaskan atau pertanyaan dipotong akan bereaksi sangat marah.
2.6 Mengenali hambatan anak autism
Organisasi
kesehatan dunia (WHO) telah merumuskan suatu criteria yang harus dipenuhi
untunk mendapat diagnosis autism. Rumusan ini dipake diseluruh dunia, dan
dikenal dengan ucapan ICD-10(International Clasification of Diseases) 2010.
Rumusan lain yang dipakai yaitu DSM-IV (Diagnostik and statistical Manual)
2011. yang dibuat oleh grup psikiatri dari Amerika adapun isi dari ICD-10 dan
DSM-IV sebenarnya sama.
Adapun
criteria DSM-IV untuk autism masa kanak:
1.
Harus ada
setidakanya 6 gejala dari (1.1),(1,2) dan minimal dua gejala dari (1.1) dan
masing-masing satu gejala dari (1.2)
1.1
Gangguan
kualitatif dalam interaksi social yang timbale balik minimal harus ada dua
gejala:
a.
Tidak mampu
menjalin interaksi social yang memadai : kontak mata sangat kurang, ekspresi
mata kurang hidup, gerak gerik yang kurang setuju
b.
Tidak bisa
bermain dengan teman sebaya
c.
Tidak dapat
merasakan apa yang dirasakan orang lain
d.
Kurang adanya
hubungan social dan emosional yang baik
1.2
Gangguan
kualitatif dalam bidang komunikasi seperti yang ditunjukkan oleh minimal satu
dari gejala-gejala dibawah ini
a.
Bicara terlambat
atau sama skali tidak berkembang (tak ada usaha untuk mengimbangi komunikasi
dengan cara lain tanpa bicara)
b.
Bila bisa
bicara, bicaranya tidak bisa dipakai dalam berkomunikasi
c.
Sering
menggunakan bahasa aneh dan diulang-ulang
d.
Cara bermain
kurang variatif, kurang imajinativ dan kurang meniru
2.7
Layanan
Bimbingan Autisme
Layanan
bimbingan bagi anak autism, idealnya diberikan dalam bentuk sekelompok
penanganan untuk membantu mereka mengatasi kebutuhan khususnya Di Amerika
serikat banyak bentuk-bentuk pendidikan yang tersedia, antara lain (Siegel,
2012):
a.
Individual
terapi antara lain melalui penanganan ditempat terapi atau dirumah (home based
therapy dan kemudian homescooling)
b.
Designated
Autismetik Classes, salah bentuk transisi dari penanganan individual dengan kelas klasikal, dimana sekelompok anak
yang semuanya autism, belajar bersama-sama mengikuti instruksi yang khas.
anak-anak ini dalam kelompok yang kecil (1-3 anak) dan biasanya merupakan
anak-anak yang masih kecil yang belum mampu imitasi dengan baik
c.
Abiliti grouped
Classes, anak-anak yang sudah dapat melakukan imitasi, sudah tidak terlalu
memerlukan penanganan one on one untuk
meninkatkan kepatuhan, sudah ada respon terhadap pujian, dan ada minat terhadap
alat permainan memerlukan jenis lingkungan yang menyediakan teman sebaya yang
secara social lebih baik meski juga memiliki masalah perkembangan masalah
d.
Socil skill
Development and mixed Disability Classes. Kelas ini terdiri atas anak dengan
kebutuhan khusus, tetapi tidak hanya anak autism.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Autisme
merupakan kelainan yang serius dan kompleks, apabila tidak ditangani dengan
tepat dan cepat kelainan ini akan menetap dan dapat berakibat pada
keterlambatan perkembangan
Meskipun
demikian tidak berarti anak autism tidak mempunyai potensi yang dikembangkan.
Meskipun persentasinya kecil, diperkirakan kurang dari 20% dari popilasi anak
yang mengalami autism. Mereka memiliki potensi rata-rata bahkan ada yang diatas
rata-rata tidak jarang diantara mereka ada yang bisa berhasil mencapai prestasi
akademik tertinggi seperti anak pada umumnya yang tidak autism
3.2
Saran
Sebagai
calon guru sekolah dasar, hendaknya kita harus memahami karakteristik setiap
siswa. Karena karakteristik siswa umumnya berbeda-beda, jika kita menemukan
anak yang keterlambatan perkembangan dalam proses belajar hendaknya kita tidak
mencemooh dan menjauhinya. Sebaiknya kita dapat melakukan pendekatan terhadap
siswa tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Delphie,
B. (2012). Pembelajaran anak kebutuhan khusus. Bandung : PT Refika Adita
Hidayat,
dkk. (2013) Bimbingan anak berkebutuhan khusu. Bandung : Fajar Mandiri
http://health.kompas.com/read/2014/01/11/09501535/Lima faktor peyebab autisme akses 25 Maret 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar