BAB II
PEMBAHASAN
KEHAMILAN
DENGAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL
A.
GONORE
1. Definisi
Gonore adalah
diplokokus intrasel anaerob gram negatif yang menginfeksi epitel kolumnar
taransisional. Wanita yang terkena sebagian besar asimentomatik. Ia dapat
mengeluarkan rabas vagina berwarna kuning yang menimbulkan gatal- gatal dan luka
bakar, atau rabas dari uretra, kelenjar bartholin, atau kelenjar skene. 20%
penderita mengalami endometritis setelah dua siklus haid atau lebih.infeksi ini
menyebar selama haid karena muara vagina pada saat ini terbuka,juga karena
terdapat nutrien.infeksi yang terjadi selama minggu pertama siklus haid
mengindikasikan salpigitis.infeksi pada rektum menyebabkan
pruritus,tenesmus,dan pengeluaran rabas. Gejala timbul dari servisitis ringan
hingga sistitis,perubahan menstruasi (peningkatan kram dan aliran darah
menstruasi), dan faringitis hingga septikemia disertai artritis,lesi
kulit,dan,yang jarang,endokarditis dan meningitis. Komplikasinya meliputi
nyeri panggul,infertilitas,dan kehamilan
ektopik yang timbul setelah PRP. Infeksi gonorea diseminata muncul dalam bentuk
lesi petekie atau pustular pada kulit,artralgia,atau artritis septik.
Perihepatitis,endokarditis,atau meningitis juga dapat timbul.
Infeksi ditularkan melalui kontak dengan
eksudat menbran mukosa individu yang terinfeksi, hampir selalu merupakan akibat
aktivitas seksual melalui vagina, oral, atau anal, atau menular secara vertikal
dari ibu ke bayinya. Resiko terjangkit gonore dari satu kali senggama adalah
60-90% bagi wanita,dan 20-30% bagi pria.masa inkubasinya adalah 2-7 hari atau
lebih lama. Individu yang tidak diobati infeksius selama berbulan -bulan.
Individu tidak akan menularkan kuman 24 jam setelah pengobatan.infeksi menular
seksual lain sering kali muncul menyertai gonorea, termasuk klamidia pada 40%
penderita.
Temuan laboratorium: pewarnaan gram pada
rabas( sensitivitas 60%), atau kultur bakteriologi pada medium,seperti medium
Thayer martin, dapat menegakkan diagnostik.pada kasus sistemik,kultur darah
positif untuk gonorea.
Efek pada kehamilan: salpingitis jarang
terjadi selama 12 minggu pertama kehamilan sebelum korion menyatuh dengan
desidua,dan organisme masih dalam perjalan dari serviks.infeksi gonorea
diseminata terjadi lebih sering selama masa hamil. Gonorea yang tidak diobati
dihubungkan dengan kelahiran prematur,berak lahir rendah, ketuban pecah dini
kurang bulan, korioamnionitis,endometritis pascapartum dan penularan neonatus
yang menyebabkan oftalmia neonatorum,sepsis,infeksi genetalia,dan abses
ditempat pemasangan elektroda pada kulit kepala.
2. Penatalaksanaan
a. Beri pendidikan kepada semua wanita tentang seks yang aman,
infeksi menular seksual,dan perilaku beresiko tinggi.
b. Lakukan penapisan. Selama kehamilan,lakukan penapisan pada
kunjungan pranatal pertama. untuk wanita hamil resiko tinggi( ibu berusia
muda,mereka yang berganti ganti pasangan atau pasangan seksualnya yang
baru,tidak mengunakan kontrasepsi barier,memiliki riwayat infeksi menular
seksual), lakukan penapisan sekali lagi pada trimester ketiga.
c. Kumpulkan riwayat kontak seksual dalam 10 hari terakhir dan haid
terakhir.tentukan apakah ia hamil. ( jika melahirkan, beri tahu staf
pediatrik).
d. Evaluasi infeksi menular seksual yang menyertai.dari gejala
klinis,gonorea dan klamidia sulit dibedakan, dan terapi dianjurkan untuk
keduanya jika salah satu dicurigai.
e. Lakukan kultur endoserviks ( dapat dilakukan selama periode
haid), faring, rektum jika diperlukan.lakukan pewarnaan gram jika
diagnosis masih berupa dugaan. Singkirkan kemungkinan infeksi
menular seksual penyerta,termasuk gonorea,sifilis dan hiv.lakukan kultur atau obati jika ada dugaan klamidia.
f. Terapi farmakologis terhadap infeksi gonorea yang tidak disertai
infeksi lain (termasuk wanita yang positif HIV)
a. Rekomendasikan regimen untuk wanita hamil .
1.) Sefiksim 400 mg PO dalam dosis tunggal atau
2.) Seftriakson 125 mg IM dalam dosis tunggal atau
3.) Sefitriakson 500 mg PO dalam dosis tunggal atau
4.) Sefotaksim 400 mg PO dalam dosis tunggal atau
5.) Jika safalosporin tidak ditoleransi ,spektinomisin 2 g IM dalam
dosis tunggal .
Selain
itu,jika klamidia blum disingkirkan :
1.) Eritromisin dasar 250 mg PO 4x/hari selama 14 hari
2.) Amoksisilin 500 mg PO dalam dosis tunggal selama 7 hari
g. Rujuk wanita yang terkena gonorea di seminata kedokte
penatalaksanaan antisipasi : hospitalisasi dan antibiotik prenatal di butuhkan.
h. Individu yang belum sembuh dengan regimen diatas kemungkinan
sebenarnya telah sembuh ,tetapi terinfeksi lagi ,karena angka kegagalan terapi
ini jarang .
i. Pasangan seksual individu terinfeksi ,yang melakukan kontak
seksual denganya dalam 60 hari terakhir atau yang terakhir melakukan kontak
seksual denganya harus di obati ,kapanpun itu,
j. Beri konseling tentang seks yang aman .
k. Gonorae dapat dilaporkan ke depertemen kesehatan .
B.
SYPHILIS
1. Defenisi
Sifilis adalah
penyakit kelamin yang bersifat kronis dan menahun walaupun frekuensi penyakit ini mulai
menurun,tapi masih merupakan penyakit yang berbahaya karena dapat menyerang
seluruh organ tubuh termasuk sistem peredaran darah ,syaraf dan dapat
ditularkan oleh ibu hamil kepada bayi yang dikandungnya ,sehingga menyebabkan
kelainan bawaan pada bayi tersebut .sifilis biasa dikenal sebagai lues,raja
singa.
2. Etologi
Penyebab
sifilis adalah masuknya suatu bakteri yang berbentuk spiral atau spirochete
yang disebut treponema pallidum.yang strategi hampir selalu menular kekorban baru melalui
persetubuhan atau seks oral ,makhluk kecil ini mencari jalan masuk melalui
kulit ,dan dari sana ,iya menyebar dengan ganas.beberapa jam setelah
bakteri-bakteri ini masuk kedal kulit mereka yang berbentuk spiral ini biasanya
berhasil masuk kedalam aliran darah ,dan dalam satu minggu mereka telah
menyebar keseluruh tubuh .jika tidak diobati,infeksi tersebut biasanya
berkembang melalui 3 tahap selama bertahun-tahun. Selama tahap pertama(sifilis
awal),sebuah bisul yang tidak sakit muncul di tempat dimana bakteri masuk
kedalam tubuh.bisul ini atau chancre biasanya muncul berkisar antara 10 hingga
90 hari setelah infeksi dan hampir selalu di bagian genital.
Biasnya
,bisul-bisul sifilis memiliki bagian tengah yang halus dan pinggiran yang
menonjol dan keras dan kadang-kadang berisi nanah kuning seperti sebuah lepuh
atau jerawat.demikian menurut Dr.whiteside.pada laki-laki ,bisul-bisul itu
biasanya muncul pada atau dekat kepala penis.pada wanita ,bisul-bisul itu
muncul pada labia(bibir vagina) namun kadang-kadang berada di vagina bagian
dalam,dimana bisul-bisul itu tidak dapat di lihat atau dirasakan,kadang-kadang
,bisul-bisul itu juga muncul di mulut ,payudara,jari-jari,lidah atau wajah.
Setelah itu
penyakit ini sulit di lacak ,dalam satu atau dua bulan,bisul-bisul itu sembuh
dan lenyap,yang menyebabkan banyak orang yang terinfeksi juga meyimpulkan kalau
infeksinya telah sembuh ,namun ini tidah benar.
Penyakit itu
hanya menghilang kedalam tubuh dan terus melakukan kerusakan di tempat-tempat
yang tidak dapat di lihat.
3. Patogenesis
Kuman penyebab
sifilis disebut trefonema pallidum.masa tanpa gejala berlangsung 3-4 minggu
,kadang-kadang sampai 13 minggu kemudian timbul benjolan disekitar alat kelamin
.ada bercak kemerahan pada tubuh sekitar 6-12 minggu setelah hubungan
seks,tetapi akan hialang dengan sendirinya dan sering kali penderita tidak memperhatikan
hal ini.
Selama 2-3
tahun pertama penyakit ini tidak menunjukan gejala apa-apa,atau disebut masa
laten ,setelah 5-10 tahun penyakit sipilis akan menyeran susunan syaraf
otak,pembuluh darah dan jantung . pada perempuan hamil sifilis dapat ditularkan
pada bayi yang di kandungnya dan bisa lahir dengan kerusakan kulit, hati linfa
dan keterbelakangan mental.
4. Infeksi sifilis pada kehamilan
Penyebab:
treponema pallidium yang dapat menembus plasenta setelah kehamilan 16 minggu,
atau tempat lainnya. Pengaruhnya terhadap kehamilan dapat dalam bentuk
persalinan prematur atau kematian dalam rahim dan infeksi bayi dalam bentuk
lues kongenitas (pempigus sifilitus, deskuamasi kulit telapak tangan dan kaki,
terdapat kelainan pada mulut dan gigi). Pengobatannya mudah dan sebaiknya
diberikan bersama suami diobati penisilin injeksi, untuk wanita hamil trimester
1 diobati sedini mungkin untuk mencegah penularan janin.
5. Prognosis
Prognosis pada
ibu hamil dengan sifilis buruk,jika tidak di lakukan penanganan yang tepat dapat
berdampak buruk baik si ibu maupun untuk janin yang dikandungnya,
6. Gejala subjektif dan objektif
Secara umum
manifestasi klinik dari penyakit sifilis yaitu : keluarnya cairan dari
vagina,penis,dubur yang berbeda dari biasanya.dapat beruarna putih susu,kekuningan,kehijauan,atau
disertai bercak darah dan berbau yang tidak enak:perih,nyeri atau panas saat
BAK atu setelah buang air kecil (BAK)atau menjadi sering BAK :adanya luka
terbuka (luka besar disekitar alat kemaluan atau mulut )dapat terasa nyeri atau
tidak :tumbuh sesuatu seperti jengger ayam atau kulit sekitar kulit kemaluan
:pada pria skrotum menjadi bengkak dan nyeri : sakit perut bagian bawah
terkadang timbul,terkadang hilang:secara umum merasa tidak enak atau demam.
Secara khusus
manifestasi klinik dari penyakit sifilis antara lain: sifilis stadium 1 terjadi
efek primer berupa papul tidak nyeri sekitar 3 minggu kemudian terjadi
penjalaran kekelenjar inguinal medial.timbul lesi pada alat kelamin ekstra
genetalia seperti bibir,lidah,tonsil,puting susu,jari dan anus misalnya pada
penularan ekstrakoital:sifilis stadium 2 gejala konsitusi seperti nyeri kepada
subpebris,anoreksia,nyeri pada tulang,leher timbul majula,papula,pustule dan
rupia.kelainan selaput lendir,limfadenitis yang generalisata;sifilis stadium
111 terjadi setelah 3-7 tahun setelah infeksi guma dapat timbul pada semua
jaringan dan organ,menbentuk nekrosis sentral juga ditemukan di organ
dalam,yaitu lambung,paru paru.nodus dibawah kulit dapat berskuma tidak nyeri.
Sifilis
congenital,pada kondisi dini dapat muncul beberapa minggu (3 minggu) setelah
bayi dilahirkan.kelainan berupa vesikal bula,pemfigus
sifilitika,papul,skuma,secret hidung yang sering bervcampur darah,adanya
osteokondiritis pada foto roentgen.
Kondisi lanjut
dapat terjadi pada usia 2 tahun lebih.pada 7-9 tahun dengan adanya karatitis
intersial (menyebabkan kebutaan),ketulian,gigi hutchinson varises perporasi
pelatum durum,serta kelainan tulang tibia dan frontalis.
7. Klasifikasi
Stadium satu.stadium ini
ditandai dengan munculnya luka yang kemerahan dan basah didaerah vagina,poros
usus atau mulut.luka ini disebut dengan chancre,dan muncul ditempat spirochaeta
masuk ketubuh seseorang untuk pertama kalinya.pembengkakan kelenjar getah
bening juga ditemuka selama stadium ini.setelah beberapa minggu,chancre
tersebut akan menghilang.stadium ini merupakan stadium yang sangat menular.
Stadium dua.kalau stadium
satu belum diobati,biasanya pada penderita akan mengalami ruam,khususnya
ditelapak tangan dan kaki.mereka juga dapat menemukan adanya luka-luka
dibibir,mulut,tenggorokan,vagina dan dubur.gejala-gejala yang mirip dengan
flu,seperti damam dan pegal-pegal,mungkin juga akan dialami pada stadium
ini.stadium ini biasanya berlangsung selama satu sampai dua minggu.
Stadium tiga.kalau sifilis
stadium dua masih juga di obati para penderitanya akan mengalami apa yang
disebut dengan sifilis laten.hal ini bahwa semua gejala penyakit akan
menghilang,namun penyakit tersebut sesungguhnya
masih bersaram dalam tubuh,dan bakteri penyebabnya pun masih bergerak
diseluruh tubuh.sifilis ini dapat berlangsung hingga bertahun-tahun lamanya.
Stadium empat.penyakit ini
dikenal sebagai sifilis tersier.pada stadium ini spirochaeta telah menyebar
keseluruh tubuh dan dapat merusak obat,jantung,batang otak dan tulang.
Orang yang
telah tertular oleh spirochaeta penyebab sifilis dapat menemukan adanya chancre
setelah tiga hari ,tiga bulan bakteri tersebut masuk kedalam tubuh .kalau
sifilis stadium satu ini tidak di obati,tahap kedua penyakit ini dapat muncul
kapan saja,mulai dari tiga sampai enam minggu setelah timbulnya chancre.
Sifilis dapat
mempertinggi resiko terinfeksi HIV.hal ini dikarenakan oleh mudahnya virus HIV masuk kedalam tubuh seorang bila
terdapat luka.sifilis yang diderita juga akan sangat membahayakan kesehatan
seseorang bila tidak diobati.baik pada penderita lelaki maupu wanita
,spirochaeta dapat menyebar keseluruh
tubuh dan menyebabkan rusaknya
organ-organ vital yang sebagian besar tidak dapat dipulihkan.sifilis pada ibu
hamil yang tidak di obati juga dapat menyebabkan terjadinya cacat lahir primer
pada bayi yang ibu kandung.
8. Penanganan(intruksi dokter)
Sifilis pada stadium I diberikan benzatin penisilin dengan dosis total 4,8 juta unit
secara IM berturut-turut 2,4 juta selama seminggu.penesilin prokain dalam
aluminium monostrearter(PAM)seminggu tiga kali 1,2 juta unit sehingga mencapai
dosis total 6 juta unit sehingga
mencapai dosis total
4,8 juta unit
penesilin prokain dalam akua 600.000unit sehari selama 8 hari sehari-hari.
Apabilah
penderita alergi terhadap penisilin untuk sifilis stadium 1 dan 11 diberikan
tetrasiklin HCL dengan dosis 4x500mg/hari selama 15 hari.pada stadium 111
diberikan tetra siklin HCL dengan dosis 4x 500 mg/ hari selama 30 hari.
Sesudah
pemberian pengobatan yang cukup,setiap penderita sifilis harus tetap dalam
pengamatan selama kurang lebih 2 tahun.pemeriksaan ulang meliputi pemeriksaan
fisik dan serologis dilakukan pada bulan ke 1,3,6,12,dan 24 sesudah pengobatan
selesai.bilamana selama pengamatan titer tes serologis menunjukkan penurunan
dan akhirnya menjadi negatif, maka sesudah 24 bulan penderita dapat dilepaskan
dari pengamatan.
C.
VIRUS HIV/ AIDS
1.
Definisi
HIV adalah penyakit yang menyerang sistem
kekebalan tubuh,dan AIDS adalah kumpulan gejala akibat kekurangan atau
kelamahan sistem kekebalan tubuh yang dibentuk setelah lahir.( sarwono ilmu
kebidana).
AIDS merupakan
singkatan dari acquired immuno deficiency syndrome.acquired artinya
didapat,jadi bukan merupakan penyakit keturunan,immuno berarti sistem kekebalan
tubuh,deficienci artinya kekurangan,sedangkan syndrome adalah kumpulan gejala.
AIDS adalah
penyakit yang disebabkan oleh virus yang
merusak kekebalan tubuh,sehingga tubuh mudah serang oleh penyakit-penyakit lain
yang dapat berakibat fatal.padahal penyakit-penyakit tersebut misalnya berbagai
virus,cacing,jamur,protzoa,dan basil tidak menyebabkan gangguan yang berarti
pada orng yang sistem kekebelan normal.selain penyakit infeksi,penderita AIDS
juga mudah terkena kanker.dengan demikian gejala AIDS amat bervariasi(
sumber:lembaran informasi spritia l1610).
VIRUS yang menyebabkan penyakit ini adalah virus
HIV (humman immuno –deficiency virus).dewasa ini dikenal juga dengan dua tipe
HIV DAN HIV 1 DAN HIV 2 didapatkan
diafrika barat.infeksi HIV 1 menberi gambaran klinis yang hampir sama.hanya infeksi HIV 1 lebih
mudah ditularkan dan masa sejak mulai infeksi (masuknya virus ketubuh)
sampAI timbulnya penyakitnya lebih pendek.(
sumber lembaran informasi spiritia l1610).
2. Stadium HIV
Infeksi HIV
memiliki 4 stAdium sampai nantinya
menjadi AIDS yakni: stadium 1, ibu dengan HIV POSITIF tidak akan menunjukkan
gejala klinis yang berarti sehingga ibu akan tampak sehat seperti orang normal
dan mampu melakukan aktivitasnya seperti biasa.stadium 11,sudah mulai
menunjukkan gejala yang ringan seperti terjadi penurunan berat badan kurang
dari 10%,infeksi yang berulang pada saluran nafas dan kulit.
Stadium
111,ibu dengan HIV sudah tampak lemah,gejala dan infeksi sudah mulai
bermunculan dan ibu akan mengalami penuruna berat badan yang lebih berat,diare
yang tidak kunjung sembuh,demam yang hilang timbul dan mulai mengalami infeksi
jamur pada rongga mulut bahkan infeksi sudah menjalar sampai ke
paru-paru.stadium 1V,pasien akan menjadi AIDS aktivitas akan banyak dilakuklan
ditempat tidur karena kondisi dan keadaanya sudah mulai lemah.serta infeksi
mulai bermunculan di mana-mana dan cenderung berat.
3. Etiologi
Dengan melihat
tempat hidup HIV,tentunya bisa diketahui cairan tubuh yang mengandung
HIV,seperti hubungan seks dengan pasangan yang mengidap HIV jarum suntik,dan
alat-alat penusuk,(tato,penindik,dan cukur)yang tercemar HIV dan ibu hamil yang
mengidap HIV kepada janin atau disusui oleh wanita yang mengidap HIV(+).bayi yang dilahirkan
oleh ibu yang terkena HIV lebih mungkin tertular.walaupun janin dalam kandungan
dapat terinfeksi,sebagian besar penularan terjadi waktu melahirkan atau
menyusui,bayi lebih mungkin tertular jika persalinan dilanjutn lama.selama
proses persalinan,bayi dalam keadaan berisiko tertular mengandung virus
itu.jadi jika bayi disusui oleh ibu HIV(+),bayi bisa tertular.
4. Patofisiologi
HIV adalah
jenis parasit obligat yaitu viru yang hanya dapat hidup dalam sel atau media hidup.virus
ini”senang”hidup dalam berkembang biak pada sel darah putih manusia.HIV akan
ada pada cairan tubuh yang mengandung sel dan putih,seperti darah,cairan
plasenta,air mani atau cairan sperma,cairam sumsum tulang,cairan vagina,air
susu ibu atau cairan otak.( ditulis oleh:Dr.edi patmini SS.desember 2000).
HIV menyerang
salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi.sel
darah putih tersebut termasuk limsofit
yang disebut “sel T-4” atau disebut juga “sel CD-4”.(sumber :lembaran informasi
spiritia L1610).
Setelah
terinfeksi HIV,50-70% penderita akan mengalami gejala yang disebut sindrom HIV akut. Gejala ini berupa
dengan gejala infeksi virus pada umumnya yaitu berupa demam,sakit kepala,sakit
tenggorokan,miagia(pegal-pegal diekstermitas bawah)penbesaran kelenjar dan rasa
lemah.pada sebagian orang,infeksi berat dapat disertai kesadaran
menurun.sindrom ini biasanya akan menhilangkan dalam beberapa minggu.dalam
waktu 3-6 bulan kemudian,tesserologi baru akan positif,karena telah terbentuk
anti body.masa 3-6 bulan ini disebut window periode,dimana hasil tes HIV-nya
masih negatif.( sumber :lembaran informasi spiritia L1610)
5. PROGNOSIS
Pemaparan
terhadap HIV tidak terlalu mengakibatkan penularan beberapa orang yang terpapar
HIV selama bertahun-tahun bisa tidak terinfeksi. Di sisi lain seseorang yang
terinfeksi bisa tidak menampakan gejala selama lebih dari 10 tahun.tampa
pengobatan,infeksi HIV menpunyai resiko 1-2% untuk menjadi AIDS pada beberapa
tahun pertama.resiko ini meningkat 5%pada setiap tahun berikutnya.teknik
penhitungan jumlah virus HIV (plasma RNA)dalam darah seperti polymerase chain reaction (PCR) dan branched deoxyribonucleid acid (Bdna) test
membantu penilaian dokter untuk memonitor efek pengobatan dan menbantu penilaian prognosis penderita.
Kadar virus ini akan bervariasi mulai kurang dari beberapa ratus sampai lebih
dari sejuta virus RNA/mL plasma.
Dengan HIV
,antibodinya dihasilkan dalam jangka waktu 3-8 minggu.tahap berikutnya sebelum
antibody tersebut dapat dideteksi dikenal sebagai”tahap jendela”.( window
period).pengujian dapat dilakukan dengan mengunakan sampel darah ,air liur atau
air kencing.pengujian yang cepat ada dan menyediakan suatu hasil diantara 10-20 menit.suatu hasil positif biasanya
menuntut suatu test konfirmatori lebih lanjut.pengujian HIV harus dilakukan
sejalan dengan bimbingan sebelum
–selama-sesudahnya.
Jumlah normal
dari sel-sel CDA+T pada seseorang yang sehat adalah 800-1200 sel/ ml kubik
darah.ketika seorang mengidap HIV yang sel-sel CD4+T-nya terhitung dibawah
200,dia menjadi semakin mudah diserang oleh infeksi-infeksi oportunistik.
6. Pencegahan
Ada cara
mencegah penularan HIV dari ibu kepada bayi. Caranya dengan melakukan screening
yang baik. Cara lainnya dengan pemberian obat antiretroviral pada ibu positif.
Selain itu, dengan melakukan persalinan yang aman pada saat kehamilan, selama
persalinan, dan setelah persalinan. ( sumber: lembaran informasi spiritia
L1610).
Di hampir
setiap kunjungan kelayanan kesehatan untuk memeriksakan kandungannya, para ibu
tersebut biasanya mendapatkan penyuluhan mengenai kesehatan dan perawatan
kehamilan, nutrisi dan keluarga berencana dari petugas kesehatan. Informasi
mengenai HIV/AIDS dan penularan HIV dari ibu keanank sebetulnya sangat tepat
disisipkan didalam kunjungan pemeriksaan kehamilan tersebut. Setelah mendapat
penyuluhan dan kenseling, tes HIV sukarela juga dapat disertakan atas
persetujuan si ibu didalam paket periksa darah lainnya dilaboratorium. (
sumber: lembaga informasi spiritia L1610 ).
Pencegahan
penularan HIV dari ibu kepada bayinya dilakukan dengan cara memberikan obat anti-HIV.
Kepada ibu hamil yang, diketahui terinfeksi HIV, pada trimester kedua dan
ketiga ( 6 bulan terakhir ) diberikan AZT per-oral ( melalui mulut ), sedangkan
pada saat persalinan diberikan AZT melalui infus.
Kepada bayi
baru lahir diberikan AZT selama 6 minggu. Tindakan tersebut telah berhasil
menurunkan angka penularan HIV dari ibu kepada bayinya, dari 25% menjadi 8%.
Pada persalinan normal, kemungkinan penularan HIV lebih besar, karena itu pada
ibu hamil yang terinfeksi HIV kadang dianjurkan operasi sesar.
Manajemen ibu
hamil penderita AIDS apakah ibu hamil seropositif tanpa gejala atau dengan
gejala. Sebaiknya setiap ibu hamil mendapatkan langkah – langkah pelaksanaan
sebagai berikut: identifikasi resiko tinggi, yaitu pemakai narkotika intravena,
pasangan seksualnya memakai narkotika intravena, biseksual dengan HIV positif,
penderita PHS, pekerja WTS; dilakukan pemeriksaan darah terhadap HIV; diberikan
peningkatan pngetahuan tentang AIDS; konseling masalah AIDS; pencegahan sember
infeksi ( Prawirohardjo, 2005 ).
Ada beberapa
strategi yang penting dalam mencegah penularan HIV/AIDS ibu ke bayi. Pertama,
dengan pemberian obat anti-retroviral. Obat ini bekerja langsung menghambat
replikasi dan perkembangan virus HIV. Kedua, melakukan persalinan yang aman
pada saat kehamilan, selama persalinan, dan setelah persalinan. ( sumber:
lembaran informasi spiritia L1610 ).
Cara
persalinan yang diperkenankan pada ibu dengan HIV positif adalah dengan
operasi, penularan HIV dari ib keanak dapat ditekan sampai 50% dibandingkan
dengan persalinan normal. Setelah anak dilahirkan, ada beberapa hal juga yang
harus diperhatikan terutama pada saat menyusui si bayi. Disarankan, ibu yang
melahirkan anak dengan HIV positif sebaiknya tidak boleh menyusui karena dapat
terjadi penularan HIV dari ibu ke bayi antara 10 – 20%, terlebih jika payudara
ibu mengalami perlukaan lecet ataupun
radang. ( sumber: lembaran informasi spiriti L1610 ).
Imunisasi juga
harus diperhatikan pada anak yang terlahir dari ibu dengan HIV ( + ). WHO dan
UNICEF menganjurkan agar semua bayi dengan infeksi HIV simptomatik diberikan
imunisasi dasar menurut program nasional ( BCG, DPT, OPV, Campak ). Pada ibu
yang telah bersalin, diharapkan dalam waktu kurang dari 4 minggu harus sudah
menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim seperti IUD karena kekebalan ibu sudah dan akan
memperbesar resiko infeksi yang terjadi pada rahim akibat adanya benda asing
didalam tubuh. ( sumber: Lembaga Informasi L1610 ).
Infeksi HIV
sampai saat ini belum ditemukan obatnya sehingga disarankan bagi mereka yang
menderita HIV untuk tidak melakukan hubungan badan tanpa menggunakan alat
kontrasepsi ( menggunakan kondom ). Pada ibu dengan HIV /AIDS sangat rentan
timbulnya masalah sosial seperti diskriminasi dan isolasi. Hal ini merupakan
tanggungjawab kita bersama untuk menghentikan segala bentuk stigmatisasi dan
diskriminasi kepada mereka terutama ibu – ibu dengan HIV positif. Pemberian AZT
( Zidovudine ) dapat memperlambat kematian dan menurunkan frekuensi serta
beratnya infeksi opportunistic. Pengobatan opportunistic dalam kehamilan merupakan
masalah, karena obat belum diketahui dampak buruknya terhadap kehamilan. (
penulis: dr.Ryan Saktika Mulyana ).
Yang perlu
ditekankan di sini adalah, sejak pertama kali seorang perempuan mengetahui
dirinya hamil dan mulai mengunjungi bidan, puskesmas, klinik bersalin, bagian
kebidanan rumah sakit, maupun dokter kandungan untuk memeriksakan kandungannya
( Ante-natal care ), maka di saat itulah dimulainya peran konselor, petugas
kesehatan dan para penolong persalinan untuk memberikan informasi dan
pendidikan HIV/AIDS. ( penulis: dr.Ryan Saktika Mulyanan ).
HIV akan
segera membentuk resistensi terhadap obat-obatan tersebut bila digunakan secara
tunggal. Pengobatan paling efektif adalah kombinasi antara dua obat atau lebih,
kombinasi obat bisa memperlambat timbulnya AIDS pada penderita HIV positif dan
memperpanjang harapan hidup. Penggunaan AZT terus menerus dapat merusak sumsum
tulang dan menyebabkan anemia. Ddl, ddC dan d4T bisa merusak saraf – saraf
perofer, ddl dapat merusak pankreas.
Dalam kelompok
nucleoside, 3 TC tampaknya mempunyai efek samping yang paling ringan. Ketiga
protease inditor menyebabkan efek samping mual muntah, diare dan gangguan
perut. Indinavir menyebabkan kenaikan ringan kadar enzim hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar