Kamis, 17 November 2016

KEHAMILAN DENGAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL



BAB II
PEMBAHASAN
KEHAMILAN DENGAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL
A.   GONORE
1.    Definisi
Gonore adalah diplokokus intrasel anaerob gram negatif yang menginfeksi epitel kolumnar taransisional. Wanita yang terkena sebagian besar asimentomatik. Ia dapat mengeluarkan rabas vagina berwarna kuning yang menimbulkan gatal- gatal dan luka bakar, atau rabas dari uretra, kelenjar bartholin, atau kelenjar skene. 20% penderita mengalami endometritis setelah dua siklus haid atau lebih.infeksi ini menyebar selama haid karena muara vagina pada saat ini terbuka,juga karena terdapat nutrien.infeksi yang terjadi selama minggu pertama siklus haid mengindikasikan salpigitis.infeksi pada rektum menyebabkan pruritus,tenesmus,dan pengeluaran rabas. Gejala timbul dari servisitis ringan hingga sistitis,perubahan menstruasi (peningkatan kram dan aliran darah menstruasi), dan faringitis hingga septikemia disertai artritis,lesi kulit,dan,yang jarang,endokarditis dan meningitis. Komplikasinya meliputi nyeri  panggul,infertilitas,dan kehamilan ektopik yang timbul setelah PRP. Infeksi gonorea diseminata muncul dalam bentuk lesi petekie atau pustular pada kulit,artralgia,atau artritis septik. Perihepatitis,endokarditis,atau meningitis juga dapat timbul.
     Infeksi ditularkan melalui kontak dengan eksudat menbran mukosa individu yang terinfeksi, hampir selalu merupakan akibat aktivitas seksual melalui vagina, oral, atau anal, atau menular secara vertikal dari ibu ke bayinya. Resiko terjangkit gonore dari satu kali senggama adalah 60-90% bagi wanita,dan 20-30% bagi pria.masa inkubasinya adalah 2-7 hari atau lebih lama. Individu yang tidak diobati infeksius selama berbulan -bulan. Individu tidak akan menularkan kuman 24 jam setelah pengobatan.infeksi menular seksual lain sering kali muncul menyertai gonorea, termasuk klamidia pada 40% penderita.
     Temuan laboratorium: pewarnaan gram pada rabas( sensitivitas 60%), atau kultur bakteriologi pada medium,seperti medium Thayer martin, dapat menegakkan diagnostik.pada kasus sistemik,kultur darah positif untuk gonorea.
      Efek pada kehamilan: salpingitis jarang terjadi selama 12 minggu pertama kehamilan sebelum korion menyatuh dengan desidua,dan organisme masih dalam perjalan dari serviks.infeksi gonorea diseminata terjadi lebih sering selama masa hamil. Gonorea yang tidak diobati dihubungkan dengan kelahiran prematur,berak lahir rendah, ketuban pecah dini kurang bulan, korioamnionitis,endometritis pascapartum dan penularan neonatus yang menyebabkan oftalmia neonatorum,sepsis,infeksi genetalia,dan abses ditempat pemasangan elektroda pada kulit kepala.
2.    Penatalaksanaan
a.    Beri pendidikan kepada semua wanita tentang seks yang aman, infeksi menular seksual,dan perilaku beresiko tinggi.
b.    Lakukan penapisan. Selama kehamilan,lakukan penapisan pada kunjungan pranatal pertama. untuk wanita hamil resiko tinggi( ibu berusia muda,mereka yang berganti ganti pasangan atau pasangan seksualnya yang baru,tidak mengunakan kontrasepsi barier,memiliki riwayat infeksi menular seksual), lakukan penapisan sekali lagi pada trimester ketiga.
c.    Kumpulkan riwayat kontak seksual dalam 10 hari terakhir dan haid terakhir.tentukan apakah ia hamil. ( jika melahirkan, beri tahu staf pediatrik).
d.    Evaluasi infeksi menular seksual yang menyertai.dari gejala klinis,gonorea dan klamidia sulit dibedakan, dan terapi dianjurkan untuk keduanya jika salah satu dicurigai.
e.    Lakukan kultur endoserviks ( dapat dilakukan selama periode haid), faring, rektum jika diperlukan.lakukan pewarnaan gram jika diagnosis  masih  berupa dugaan. Singkirkan kemungkinan infeksi menular seksual penyerta,termasuk gonorea,sifilis dan hiv.lakukan kultur atau obati jika ada dugaan klamidia.
f.     Terapi farmakologis terhadap infeksi gonorea yang tidak disertai infeksi lain (termasuk wanita yang positif HIV)
a.    Rekomendasikan regimen untuk wanita  hamil .
1.)  Sefiksim 400 mg PO dalam dosis tunggal atau
2.)  Seftriakson 125 mg IM dalam dosis tunggal atau
3.)  Sefitriakson 500 mg PO dalam dosis tunggal atau
4.)  Sefotaksim 400 mg PO dalam dosis tunggal atau
5.)  Jika safalosporin tidak ditoleransi ,spektinomisin 2 g IM dalam dosis tunggal .
Selain itu,jika klamidia blum disingkirkan :
1.)  Eritromisin dasar 250 mg PO 4x/hari selama 14 hari
2.)  Amoksisilin 500 mg PO dalam dosis tunggal selama 7 hari
g.    Rujuk wanita yang terkena gonorea di seminata kedokte penatalaksanaan antisipasi : hospitalisasi dan antibiotik prenatal di butuhkan.
h.    Individu yang belum sembuh dengan regimen diatas kemungkinan sebenarnya telah sembuh ,tetapi terinfeksi lagi ,karena angka kegagalan terapi ini jarang .
i.      Pasangan seksual individu terinfeksi ,yang melakukan kontak seksual denganya dalam 60 hari terakhir atau yang terakhir melakukan kontak seksual denganya harus di obati ,kapanpun itu,
j.      Beri konseling tentang seks yang aman .
k.    Gonorae dapat dilaporkan ke depertemen kesehatan .
B.   SYPHILIS
1.    Defenisi
Sifilis adalah penyakit kelamin yang bersifat kronis dan menahun  walaupun frekuensi penyakit ini mulai menurun,tapi masih merupakan penyakit yang berbahaya karena dapat menyerang seluruh organ tubuh termasuk sistem peredaran darah ,syaraf dan dapat ditularkan oleh ibu hamil kepada bayi yang dikandungnya ,sehingga menyebabkan kelainan bawaan pada bayi tersebut .sifilis biasa dikenal sebagai lues,raja singa.
2.    Etologi
Penyebab sifilis adalah masuknya suatu bakteri yang berbentuk spiral atau spirochete yang disebut treponema pallidum.yang strategi hampir  selalu menular kekorban baru melalui persetubuhan atau seks oral ,makhluk kecil ini mencari jalan masuk melalui kulit ,dan dari sana ,iya menyebar dengan ganas.beberapa jam setelah bakteri-bakteri ini masuk kedal kulit mereka yang berbentuk spiral ini biasanya berhasil masuk kedalam aliran darah ,dan dalam satu minggu mereka telah menyebar keseluruh tubuh .jika tidak diobati,infeksi tersebut biasanya berkembang melalui 3 tahap selama bertahun-tahun. Selama tahap pertama(sifilis awal),sebuah bisul yang tidak sakit muncul di tempat dimana bakteri masuk kedalam tubuh.bisul ini atau chancre biasanya muncul berkisar antara 10 hingga 90 hari setelah infeksi dan hampir selalu di bagian genital.
Biasnya ,bisul-bisul sifilis memiliki bagian tengah yang halus dan pinggiran yang menonjol dan keras dan kadang-kadang berisi nanah kuning seperti sebuah lepuh atau jerawat.demikian menurut Dr.whiteside.pada laki-laki ,bisul-bisul itu biasanya muncul pada atau dekat kepala penis.pada wanita ,bisul-bisul itu muncul pada labia(bibir vagina) namun kadang-kadang berada di vagina bagian dalam,dimana bisul-bisul itu tidak dapat di lihat atau dirasakan,kadang-kadang ,bisul-bisul itu juga muncul di mulut ,payudara,jari-jari,lidah atau wajah.
Setelah itu penyakit ini sulit di lacak ,dalam satu atau dua bulan,bisul-bisul itu sembuh dan lenyap,yang menyebabkan banyak orang yang terinfeksi juga meyimpulkan kalau infeksinya telah sembuh ,namun ini tidah benar.
Penyakit itu hanya menghilang kedalam tubuh dan terus melakukan kerusakan di tempat-tempat yang tidak dapat di lihat.

3.    Patogenesis
Kuman penyebab sifilis disebut trefonema pallidum.masa tanpa gejala berlangsung 3-4 minggu ,kadang-kadang sampai 13 minggu kemudian timbul benjolan disekitar alat kelamin .ada bercak kemerahan pada tubuh sekitar 6-12 minggu setelah hubungan seks,tetapi akan hialang dengan sendirinya dan sering kali penderita tidak memperhatikan hal ini.
Selama 2-3 tahun pertama penyakit ini tidak menunjukan gejala apa-apa,atau disebut masa laten ,setelah 5-10 tahun penyakit sipilis akan menyeran susunan syaraf otak,pembuluh darah dan jantung . pada perempuan hamil sifilis dapat ditularkan pada bayi yang di kandungnya dan bisa lahir dengan kerusakan kulit, hati linfa dan keterbelakangan mental.
4.    Infeksi sifilis pada kehamilan
Penyebab: treponema pallidium yang dapat menembus plasenta setelah kehamilan 16 minggu, atau tempat lainnya. Pengaruhnya terhadap kehamilan dapat dalam bentuk persalinan prematur atau kematian dalam rahim dan infeksi bayi dalam bentuk lues kongenitas (pempigus sifilitus, deskuamasi kulit telapak tangan dan kaki, terdapat kelainan pada mulut dan gigi). Pengobatannya mudah dan sebaiknya diberikan bersama suami diobati penisilin injeksi, untuk wanita hamil trimester 1 diobati sedini mungkin untuk mencegah penularan janin.
5.    Prognosis
Prognosis pada ibu hamil dengan sifilis buruk,jika tidak di lakukan penanganan yang tepat dapat berdampak buruk baik si ibu maupun untuk janin yang dikandungnya,
6.    Gejala subjektif dan objektif
Secara umum manifestasi klinik dari penyakit sifilis yaitu : keluarnya cairan dari vagina,penis,dubur yang berbeda dari biasanya.dapat beruarna putih susu,kekuningan,kehijauan,atau disertai bercak darah dan berbau yang tidak enak:perih,nyeri atau panas saat BAK atu setelah buang air kecil (BAK)atau menjadi sering BAK :adanya luka terbuka (luka besar disekitar alat kemaluan atau mulut )dapat terasa nyeri atau tidak :tumbuh sesuatu seperti jengger ayam atau kulit sekitar kulit kemaluan :pada pria skrotum menjadi bengkak dan nyeri : sakit perut bagian bawah terkadang timbul,terkadang hilang:secara umum merasa tidak enak atau demam.
Secara khusus manifestasi klinik dari penyakit sifilis antara lain: sifilis stadium 1 terjadi efek primer berupa papul tidak nyeri sekitar 3 minggu kemudian terjadi penjalaran kekelenjar inguinal medial.timbul lesi pada alat kelamin ekstra genetalia seperti bibir,lidah,tonsil,puting susu,jari dan anus misalnya pada penularan ekstrakoital:sifilis stadium 2 gejala konsitusi seperti nyeri kepada subpebris,anoreksia,nyeri pada tulang,leher timbul majula,papula,pustule dan rupia.kelainan selaput lendir,limfadenitis yang generalisata;sifilis stadium 111 terjadi setelah 3-7 tahun setelah infeksi guma dapat timbul pada semua jaringan dan organ,menbentuk nekrosis sentral juga ditemukan di organ dalam,yaitu lambung,paru paru.nodus dibawah kulit dapat berskuma tidak nyeri.
Sifilis congenital,pada kondisi dini dapat muncul beberapa minggu (3 minggu) setelah bayi dilahirkan.kelainan berupa vesikal bula,pemfigus sifilitika,papul,skuma,secret hidung yang sering bervcampur darah,adanya osteokondiritis pada foto roentgen.
Kondisi lanjut dapat terjadi pada usia 2 tahun lebih.pada 7-9 tahun dengan adanya karatitis intersial (menyebabkan kebutaan),ketulian,gigi hutchinson varises perporasi pelatum durum,serta kelainan tulang tibia dan frontalis.
7.    Klasifikasi
Stadium satu.stadium ini ditandai dengan munculnya luka yang kemerahan dan basah didaerah vagina,poros usus atau mulut.luka ini disebut dengan chancre,dan muncul ditempat spirochaeta masuk ketubuh seseorang untuk pertama kalinya.pembengkakan kelenjar getah bening juga ditemuka selama stadium ini.setelah beberapa minggu,chancre tersebut akan menghilang.stadium ini merupakan stadium yang sangat menular.
Stadium dua.kalau stadium satu belum diobati,biasanya pada penderita akan mengalami ruam,khususnya ditelapak tangan dan kaki.mereka juga dapat menemukan adanya luka-luka dibibir,mulut,tenggorokan,vagina dan dubur.gejala-gejala yang mirip dengan flu,seperti damam dan pegal-pegal,mungkin juga akan dialami pada stadium ini.stadium ini biasanya berlangsung selama satu sampai dua minggu.
Stadium tiga.kalau sifilis stadium dua masih juga di obati para penderitanya akan mengalami apa yang disebut dengan sifilis laten.hal ini bahwa semua gejala penyakit akan menghilang,namun penyakit tersebut sesungguhnya  masih bersaram dalam tubuh,dan bakteri penyebabnya pun masih bergerak diseluruh tubuh.sifilis ini dapat berlangsung hingga bertahun-tahun lamanya.
Stadium empat.penyakit ini dikenal sebagai sifilis tersier.pada stadium ini spirochaeta telah menyebar keseluruh tubuh dan dapat merusak obat,jantung,batang otak dan tulang.
Orang yang telah tertular oleh spirochaeta penyebab sifilis dapat menemukan adanya chancre setelah tiga hari ,tiga bulan bakteri tersebut masuk kedalam tubuh .kalau sifilis stadium satu ini tidak di obati,tahap kedua penyakit ini dapat muncul kapan saja,mulai dari tiga sampai enam minggu setelah timbulnya chancre.
Sifilis dapat mempertinggi resiko terinfeksi HIV.hal ini dikarenakan oleh mudahnya  virus HIV masuk kedalam tubuh seorang bila terdapat luka.sifilis yang diderita juga akan sangat membahayakan kesehatan seseorang bila tidak diobati.baik pada penderita lelaki maupu wanita ,spirochaeta  dapat menyebar keseluruh tubuh  dan menyebabkan rusaknya organ-organ vital yang sebagian besar tidak dapat dipulihkan.sifilis pada ibu hamil yang tidak di obati juga dapat menyebabkan terjadinya cacat lahir primer pada bayi yang ibu kandung.
8.    Penanganan(intruksi dokter)
Sifilis pada stadium I diberikan benzatin penisilin dengan dosis total 4,8 juta unit secara IM berturut-turut 2,4 juta selama seminggu.penesilin prokain dalam aluminium monostrearter(PAM)seminggu tiga kali 1,2 juta unit sehingga mencapai dosis total 6 juta unit  sehingga mencapai dosis total
4,8 juta unit penesilin prokain dalam akua 600.000unit sehari selama 8 hari sehari-hari.
Apabilah penderita alergi terhadap penisilin untuk sifilis stadium 1 dan 11 diberikan tetrasiklin HCL dengan dosis 4x500mg/hari selama 15 hari.pada stadium 111 diberikan tetra siklin HCL dengan dosis 4x 500 mg/ hari selama 30 hari.
Sesudah pemberian pengobatan yang cukup,setiap penderita sifilis harus tetap dalam pengamatan selama kurang lebih 2 tahun.pemeriksaan ulang meliputi pemeriksaan fisik dan serologis dilakukan pada bulan ke 1,3,6,12,dan 24 sesudah pengobatan selesai.bilamana selama pengamatan titer tes serologis menunjukkan penurunan dan akhirnya menjadi negatif, maka sesudah 24 bulan penderita dapat dilepaskan dari pengamatan.
C.   VIRUS HIV/ AIDS
1.    Definisi
   HIV adalah penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh,dan AIDS adalah kumpulan gejala akibat kekurangan atau kelamahan sistem kekebalan tubuh yang dibentuk setelah lahir.( sarwono ilmu kebidana).
AIDS merupakan singkatan dari acquired immuno deficiency syndrome.acquired artinya didapat,jadi bukan merupakan penyakit keturunan,immuno berarti sistem kekebalan tubuh,deficienci artinya kekurangan,sedangkan syndrome adalah kumpulan gejala.
AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus  yang merusak kekebalan tubuh,sehingga tubuh mudah serang oleh penyakit-penyakit lain yang dapat berakibat fatal.padahal penyakit-penyakit tersebut misalnya berbagai virus,cacing,jamur,protzoa,dan basil tidak menyebabkan gangguan yang berarti pada orng yang sistem kekebelan normal.selain penyakit infeksi,penderita AIDS juga mudah terkena kanker.dengan demikian gejala AIDS amat bervariasi( sumber:lembaran informasi spritia l1610).
VIRUS  yang menyebabkan penyakit ini adalah virus HIV (humman immuno –deficiency virus).dewasa ini dikenal juga dengan dua tipe HIV DAN HIV 1 DAN HIV 2  didapatkan diafrika barat.infeksi HIV 1 menberi gambaran klinis  yang hampir sama.hanya infeksi HIV 1 lebih mudah ditularkan dan masa sejak mulai infeksi (masuknya virus ketubuh) sampAI  timbulnya penyakitnya lebih pendek.( sumber lembaran informasi spiritia l1610).
2.    Stadium HIV
Infeksi HIV memiliki 4 stAdium  sampai nantinya menjadi AIDS yakni: stadium 1, ibu dengan HIV POSITIF tidak akan menunjukkan gejala klinis yang berarti sehingga ibu akan tampak sehat seperti orang normal dan mampu melakukan aktivitasnya seperti biasa.stadium 11,sudah mulai menunjukkan gejala yang ringan seperti terjadi penurunan berat badan kurang dari 10%,infeksi yang berulang pada saluran nafas dan kulit.
Stadium 111,ibu dengan HIV sudah tampak lemah,gejala dan infeksi sudah mulai bermunculan dan ibu akan mengalami penuruna berat badan yang lebih berat,diare yang tidak kunjung sembuh,demam yang hilang timbul dan mulai mengalami infeksi jamur pada rongga mulut bahkan infeksi sudah menjalar sampai ke paru-paru.stadium 1V,pasien akan menjadi AIDS aktivitas akan banyak dilakuklan ditempat tidur karena kondisi dan keadaanya sudah mulai lemah.serta infeksi mulai bermunculan di mana-mana dan cenderung berat.
3.    Etiologi
Dengan melihat tempat hidup HIV,tentunya bisa diketahui cairan tubuh yang mengandung HIV,seperti hubungan seks dengan pasangan yang mengidap HIV jarum suntik,dan alat-alat penusuk,(tato,penindik,dan cukur)yang tercemar HIV dan ibu hamil yang mengidap HIV kepada janin atau disusui oleh wanita  yang mengidap HIV(+).bayi yang dilahirkan oleh ibu yang terkena HIV lebih mungkin tertular.walaupun janin dalam kandungan dapat terinfeksi,sebagian besar penularan terjadi waktu melahirkan atau menyusui,bayi lebih mungkin tertular jika persalinan dilanjutn lama.selama proses persalinan,bayi dalam keadaan berisiko tertular mengandung virus itu.jadi jika bayi disusui oleh ibu HIV(+),bayi bisa tertular.
4.    Patofisiologi
HIV adalah jenis parasit obligat yaitu viru yang hanya dapat hidup  dalam sel atau media hidup.virus ini”senang”hidup dalam berkembang biak pada sel darah putih manusia.HIV akan ada pada cairan tubuh yang mengandung sel dan putih,seperti darah,cairan plasenta,air mani atau cairan sperma,cairam sumsum tulang,cairan vagina,air susu ibu atau cairan otak.( ditulis oleh:Dr.edi patmini SS.desember 2000).
HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi.sel darah putih tersebut termasuk  limsofit yang disebut “sel T-4” atau disebut juga “sel CD-4”.(sumber :lembaran informasi spiritia L1610).
Setelah terinfeksi HIV,50-70% penderita akan mengalami gejala yang disebut sindrom HIV akut. Gejala ini berupa dengan gejala infeksi virus pada umumnya yaitu berupa demam,sakit kepala,sakit tenggorokan,miagia(pegal-pegal diekstermitas bawah)penbesaran kelenjar dan rasa lemah.pada sebagian orang,infeksi berat dapat disertai kesadaran menurun.sindrom ini biasanya akan menhilangkan dalam beberapa minggu.dalam waktu 3-6 bulan kemudian,tesserologi baru akan positif,karena telah terbentuk anti body.masa 3-6 bulan ini disebut window periode,dimana hasil tes HIV-nya masih negatif.( sumber :lembaran informasi spiritia L1610)
5.    PROGNOSIS
Pemaparan terhadap HIV tidak terlalu mengakibatkan penularan beberapa orang yang terpapar HIV selama bertahun-tahun bisa tidak terinfeksi. Di sisi lain seseorang yang terinfeksi bisa tidak menampakan gejala selama lebih dari 10 tahun.tampa pengobatan,infeksi HIV menpunyai resiko 1-2% untuk menjadi AIDS pada beberapa tahun pertama.resiko ini meningkat 5%pada setiap tahun berikutnya.teknik penhitungan jumlah virus HIV (plasma RNA)dalam darah  seperti polymerase chain reaction (PCR) dan  branched deoxyribonucleid acid (Bdna) test membantu penilaian dokter untuk memonitor efek pengobatan  dan menbantu penilaian prognosis penderita. Kadar virus ini akan bervariasi mulai kurang dari beberapa ratus sampai lebih dari sejuta virus RNA/mL plasma.
Dengan HIV ,antibodinya dihasilkan dalam jangka waktu 3-8 minggu.tahap berikutnya sebelum antibody tersebut dapat dideteksi dikenal sebagai”tahap jendela”.( window period).pengujian dapat dilakukan dengan mengunakan sampel darah ,air liur atau air kencing.pengujian yang cepat ada dan menyediakan suatu hasil diantara  10-20 menit.suatu hasil positif biasanya menuntut suatu test konfirmatori lebih lanjut.pengujian HIV harus dilakukan sejalan dengan  bimbingan sebelum –selama-sesudahnya.
Jumlah normal dari sel-sel CDA+T pada seseorang yang sehat adalah 800-1200 sel/ ml kubik darah.ketika seorang mengidap HIV yang sel-sel CD4+T-nya terhitung dibawah 200,dia menjadi semakin mudah diserang oleh infeksi-infeksi oportunistik.
6.    Pencegahan
Ada cara mencegah penularan HIV dari ibu kepada bayi. Caranya dengan melakukan screening yang baik. Cara lainnya dengan pemberian obat antiretroviral pada ibu positif. Selain itu, dengan melakukan persalinan yang aman pada saat kehamilan, selama persalinan, dan setelah persalinan. ( sumber: lembaran informasi spiritia L1610).
Di hampir setiap kunjungan kelayanan kesehatan untuk memeriksakan kandungannya, para ibu tersebut biasanya mendapatkan penyuluhan mengenai kesehatan dan perawatan kehamilan, nutrisi dan keluarga berencana dari petugas kesehatan. Informasi mengenai HIV/AIDS dan penularan HIV dari ibu keanank sebetulnya sangat tepat disisipkan didalam kunjungan pemeriksaan kehamilan tersebut. Setelah mendapat penyuluhan dan kenseling, tes HIV sukarela juga dapat disertakan atas persetujuan si ibu didalam paket periksa darah lainnya dilaboratorium. ( sumber: lembaga informasi spiritia L1610 ).
Pencegahan penularan HIV dari ibu kepada bayinya dilakukan dengan cara memberikan obat anti-HIV. Kepada ibu hamil yang, diketahui terinfeksi HIV, pada trimester kedua dan ketiga ( 6 bulan terakhir ) diberikan AZT per-oral ( melalui mulut ), sedangkan pada saat persalinan diberikan AZT melalui infus.
Kepada bayi baru lahir diberikan AZT selama 6 minggu. Tindakan tersebut telah berhasil menurunkan angka penularan HIV dari ibu kepada bayinya, dari 25% menjadi 8%. Pada persalinan normal, kemungkinan penularan HIV lebih besar, karena itu pada ibu hamil yang terinfeksi HIV kadang dianjurkan operasi sesar.
Manajemen ibu hamil penderita AIDS apakah ibu hamil seropositif tanpa gejala atau dengan gejala. Sebaiknya setiap ibu hamil mendapatkan langkah – langkah pelaksanaan sebagai berikut: identifikasi resiko tinggi, yaitu pemakai narkotika intravena, pasangan seksualnya memakai narkotika intravena, biseksual dengan HIV positif, penderita PHS, pekerja WTS; dilakukan pemeriksaan darah terhadap HIV; diberikan peningkatan pngetahuan tentang AIDS; konseling masalah AIDS; pencegahan sember infeksi ( Prawirohardjo, 2005 ).
Ada beberapa strategi yang penting dalam mencegah penularan HIV/AIDS ibu ke bayi. Pertama, dengan pemberian obat anti-retroviral. Obat ini bekerja langsung menghambat replikasi dan perkembangan virus HIV. Kedua, melakukan persalinan yang aman pada saat kehamilan, selama persalinan, dan setelah persalinan. ( sumber: lembaran informasi spiritia L1610 ).
Cara persalinan yang diperkenankan pada ibu dengan HIV positif adalah dengan operasi, penularan HIV dari ib keanak dapat ditekan sampai 50% dibandingkan dengan persalinan normal. Setelah anak dilahirkan, ada beberapa hal juga yang harus diperhatikan terutama pada saat menyusui si bayi. Disarankan, ibu yang melahirkan anak dengan HIV positif sebaiknya tidak boleh menyusui karena dapat terjadi penularan HIV dari ibu ke bayi antara 10 – 20%, terlebih jika payudara ibu mengalami perlukaan lecet ataupun  radang. ( sumber: lembaran informasi spiriti L1610 ).
Imunisasi juga harus diperhatikan pada anak yang terlahir dari ibu dengan HIV ( + ). WHO dan UNICEF menganjurkan agar semua bayi dengan infeksi HIV simptomatik diberikan imunisasi dasar menurut program nasional ( BCG, DPT, OPV, Campak ). Pada ibu yang telah bersalin, diharapkan dalam waktu kurang dari 4 minggu harus sudah menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim seperti IUD  karena kekebalan ibu sudah dan akan memperbesar resiko infeksi yang terjadi pada rahim akibat adanya benda asing didalam tubuh. ( sumber: Lembaga Informasi L1610 ).
Infeksi HIV sampai saat ini belum ditemukan obatnya sehingga disarankan bagi mereka yang menderita HIV untuk tidak melakukan hubungan badan tanpa menggunakan alat kontrasepsi ( menggunakan kondom ). Pada ibu dengan HIV /AIDS sangat rentan timbulnya masalah sosial seperti diskriminasi dan isolasi. Hal ini merupakan tanggungjawab kita bersama untuk menghentikan segala bentuk stigmatisasi dan diskriminasi kepada mereka terutama ibu – ibu dengan HIV positif. Pemberian AZT ( Zidovudine ) dapat memperlambat kematian dan menurunkan frekuensi serta beratnya infeksi opportunistic. Pengobatan opportunistic dalam kehamilan merupakan masalah, karena obat belum diketahui dampak buruknya terhadap kehamilan. ( penulis: dr.Ryan Saktika Mulyana ).
Yang perlu ditekankan di sini adalah, sejak pertama kali seorang perempuan mengetahui dirinya hamil dan mulai mengunjungi bidan, puskesmas, klinik bersalin, bagian kebidanan rumah sakit, maupun dokter kandungan untuk memeriksakan kandungannya ( Ante-natal care ), maka di saat itulah dimulainya peran konselor, petugas kesehatan dan para penolong persalinan untuk memberikan informasi dan pendidikan HIV/AIDS. ( penulis: dr.Ryan Saktika Mulyanan ).
HIV akan segera membentuk resistensi terhadap obat-obatan tersebut bila digunakan secara tunggal. Pengobatan paling efektif adalah kombinasi antara dua obat atau lebih, kombinasi obat bisa memperlambat timbulnya AIDS pada penderita HIV positif dan memperpanjang harapan hidup. Penggunaan AZT terus menerus dapat merusak sumsum tulang dan menyebabkan anemia. Ddl, ddC dan d4T bisa merusak saraf – saraf perofer, ddl dapat merusak pankreas.
Dalam kelompok nucleoside, 3 TC tampaknya mempunyai efek samping yang paling ringan. Ketiga protease inditor menyebabkan efek samping mual muntah, diare dan gangguan perut. Indinavir menyebabkan kenaikan ringan kadar enzim hati.






                       



           







Tidak ada komentar:

Posting Komentar